“Mandarras” Ikhtiar Membumikan Al-Quran di Tanah Malaqbi
ANALYSIS.ID, Mamuju – Di ruang kerjanya yang tenang di Jalan Abdul Malik Pattana Endeng, Rangas, Kec. Simboro, Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Suhardi Duka (SDK) menerima tamu khusus pada pengujung tahun ini.
Tamu itu adalah Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Barat, Adnan Nato. Pertemuan tersebut bukan sekadar seremoni formal, melainkan sebuah misi ambisius: menghapus buta aksara Al-Quran di Lita’ Pembolongan (Tanah Kelahiran).
Langkah ini bermula dari keprihatinan yang sama. Adnan Nato melihat ada pergeseran sosial di tengah masyarakat. Di tengah deru kesibukan modernitas, banyak orang tua yang mulai abai terhadap pendidikan spiritual anak-anak mereka.
“Hari ini kesibukan orang tua luar biasa, sehingga akhirnya lupa menekan anak-anaknya untuk belajar mengaji,” ujar Adnan usai pertemuan tersebut. Senin (22/12/2025).
“Jika ini tidak selesai, jangan harap ada ibadah yang bisa dilaksanakan dengan baik. Salat saja butuh bacaan Al-Quran,” sambungnya.
Mandarras dan Intervensi Januari
Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dan Kanwil Kemenag sepakat untuk mengawinkan dua program besar. Program “Mandarras Al-Quran” yang digagas Gubernur Suhardi Duka akan dikolaborasikan dengan Gerakan Bebas Buta Aksara Al-Quran (GBBAQ) milik Kemenag.
Rencananya, mulai Januari 2026, sebuah intervensi masif akan dilakukan. Targetnya tidak main-main: menyasar siswa wajib belajar 12 tahun di tingkat SMA, SMK, SMP, hingga Madrasah.
“Kami akan melakukan MoU dengan LPTQ dan Dinas Pendidikan. Karena SMK dan SMA adalah wilayah provinsi, pintu itulah yang akan kita masuki,” kata Adnan Nato yang juga Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Sulawesi Barat.
Tak hanya sekadar program kerja, ia menargetkan inisiatif ini diperkuat melalui payung hukum berupa Peraturan Daerah (Perda).
Target besar telah dipatok. Pada 2027, Sulawesi Barat diharapkan sudah benar-benar bebas dari buta aksara Al-Quran bagi generasi mudanya.
Al-Quran “Malaqbi” Berwajah Etnik
Namun, yang paling mencuri perhatian dalam pertemuan itu bukan sekadar angka-angka statistik. Ada sebuah gagasan estetis yang lahir dari diskusi antara Gubernur, Kanwil Kemenag, dan Sekretaris Provinsi: mencetak Al-Quran dengan sentuhan etnik Mandar.
Wacana ini muncul untuk memberikan identitas lokal pada kitab suci yang beredar di Sulawesi Barat.
Nantinya, Al-Quran tersebut akan dihiasi dengan ornamen khas daerah, seperti motif Sure’ Mandar—corak tenun yang menjadi identitas kebanggaan masyarakat Sulbar.
“Kita ingin ada percetakan Al-Quran secara khusus yang bercorak kemandaran, bercorak Sulawesi Barat,” tuturnya.
Bagi Adnan dan SDK, gerakan ini adalah upaya mengembalikan marwah Sulawesi Barat sebagai daerah yang religius.
Di tengah kepungan gadget dan kesibukan duniawi, mereka mencoba memanggil kembali anak-anak ke surau dan madrasah, memastikan bahwa ayat-ayat suci tetap menggema di bumi Malaqbi ini. Nur Mubarak

Tinggalkan Balasan