Klarifikasi Pasien Tak Dijenguk Dokter, Dirut RSUD Mamuju Sebut Miskomunikasi dan Kekurangan Tenaga
ANALYSIS.CO.ID, Mamuju – Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Mamuju, St. Sulfiah Suhardi, angkat bicara soal keluhan pasien yang mengaku tidak dikunjungi dokter selama empat hari.
Sulfiah menyebut insiden itu murni akibat miskomunikasi antara pihak rumah sakit dan pasien.
“Ini sebenarnya hanya miskomunikasi antara pasien dan pihak rumah sakit. Kami mengakui ada kekurangan dalam pelayanan, tetapi penanganan pasien tetap berjalan,” jelas Sitti Sulfiah, usai menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Kantor DPRD Mamuju, Jl. Ahmad Yani, Binanga, Kec. Mamuju, Sulawesi Barat. Rabu (25/06/2026).
Menurut Sulfiah, meski dokter tak berinteraksi langsung, komunikasi antara dokter dan perawat tetap berlangsung setiap harinya.
Dokter, kata dia, tetap memberikan instruksi kepada perawat terkait tindakan medis yang perlu dilakukan.
“Hanya saja, pada saat itu dokter sedang memiliki kegiatan lain sehingga konsentrasinya terbagi. Akibatnya, dokter lupa menginstruksikan perawat untuk menyampaikan penjelasan kepada pasien, di situlah terjadi miskomunikasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Sulfiah mengakui bahwa jumlah dokter di RSUD Mamuju masih terbatas, terutama dokter spesialis.
Ia mencontohkan, saat ini rumah sakit hanya memiliki dua dokter bedah. Jumlah dokter spesialis secara keseluruhan memang ada puluhan, namun masih jauh dari kata cukup.
RSUD Mamuju, kata dia, saat ini memiliki empat jenis layanan dokter spesialis dasar: obstetri dan ginekologi (obgyn), penyakit dalam, bedah, dan anak. Masing-masing layanan tersebut rata-rata hanya memiliki dua dokter.
“Kami tetap berupaya untuk meningkatkan kualitas layanan dan menambah jumlah tenaga medis agar pelayanan kepada masyarakat semakin optimal,” katanya.
Ditempat yang sama, Anggota Komisi III DPRD Mamuju, Ahmad Istiqlal ismail menyampaikan bahwa isu yang berkembang dalam rapat itu adalah tentang minimnya ketersediaan dokter spesialis.
Menurutnya, harus ada langkah-langkah preventif atau upaya antisipatif yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Mamuju melalui rumah sakit umum daerah.
“Seperti halnya yang disampaikan tadi oleh RSUD Program tugas belajar, Kemudian koordinasi dengan kementerian kesehatan, dinas kesehatan, Kemudian universitas-universitas, Cuman yang menjadi tantangan yang disampaikan tadi oleh RSUD adalah soal Yang paling berat itu adalah tunjangan fasilitas dan insentif dokter Tentu tidak jauh daripada kebutuhan anggaran,” ujar Istiqlal.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa, untuk mencapai sebuah rancangan dimasa mendatang, maka yang dibutuhkan hari ini adalah kolaborasi antara pemerintah daerah dengan pihak Legislatif
“Maka daripada itu, rapat kita tadi, hari ini Bagaimana kemudian membangun sebuah sinergi komisi tiga Terkait dengan tantangan yang dihadapi oleh RSUD Soal pelayanan kesehatan di masa depan.Support anggaran tentu menjadi catatan besar untuk komisi tiga Dan DPRD kabupaten Mamuju,”katanya.
ia berharap, “Apa yang menjadi rencana-rencana strategis dalam pelayanan kesehatan oleh RSUD kabupaten Mamuju, yang dibuat oleh mereka di tahun-tahun mendatang Dan saat ini perbaikan kualitas pelayanan Itu bisa dimaksimalkan dan terjadi sebuah Sinergitas antara pemerintah kabupaten dengan DPRD Mamuju berangkat dari tujuan yang sama.” tutupnya.(*)

Tinggalkan Balasan